Minggu, 09 Januari 2011

Kontrasepsi Alamiah Metode Suhu Basal Tubuh

Cara Kerja
Hormon progresteron yang disekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat termogenik atau memproduksi panas, Ia dapat menaikan suhu tubuh 0,05 derajat celcius s/d 0,2 derajat celcius dan mempertahankannya pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya. Peningkatan suhu tubuh ini disebut sebagai peningkatan termal, dan ini merupakan dasar dari metode Suhu Tubuh Basal (STB). Siklus ovulasi dapat dikenali dari catatan suhu tubuh

Catatan:
STB diukur dan dicatat setiap pagi selama terdapat lendir serviks pada saat yang sesuai sepanjang hari dan dicatat setiap malam.

Instruksi Khusus
Klien harus melakukan pengukuran yang akurat dengan termometer khusus agar dapat mendeteksi peningktan suhu yang kecil sekalipun. karena suhu tubuh bereaksi terhadap banyak rangsangan, termasuk penyakit, stres, dan gangguan tidur, interpretasi pola suhu tubuh memerlukan penilaian khusus. Klien harus menandai pada catatannya saat merasa tidak enak badan, dalam kondisi yang tidak seperti biasanya, atau stres


Petunjuk Penggunaan
  • Pantang dimulai pada hari pertama haid dan diakhiri saat diterapkan aturan peningkatan termal. Untuk menerapkan aturan peningkatan termal, harus diambil langkah-langkah sebagai berikut:
  • Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum bangun dari tempat tidur(kira-kira pada waktu yang sama) dan mencatat suhu tubuhnya pada lembar catatan yang disediakan.
  • Dengan menggunakan pencatatan suhu tubuh pada lembar tersebut, ia mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal, rendah (suhu tubuh harian yang dicatat dengan pola khusus tanpa adanya kondisi yang luar biasa) selama 10 hari pertama dari siklus haid, dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal akibat demam atau gangguan lainnya
  • Tariklah sebuah garis 0,05 derajat celcius diatas suhu tertinggi dari 10 suhu tersebut diatas. Garis ini disebut sebagai garis penutup atau atau garis suhu .
  • Tunggu 3 hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai senggama. Fase tidak subur dimulai pada malam ke 3 hari berturut-turut dengan suhu diatas garis suhu.
  • Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau dibawah garis suhu selama 3 hari perhitungan. ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi. Jadi klien harus menunggu selama 3 hari penghitungan. ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi. jadi klien harus menunggu sampai didapat 3 hari berturut-turut dengan suhu tubuh diatas garis suhu sebelum memulai senggama.
  • Setelah fase tidak subur dimulai, klien tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh. Ia dapat berhenti mencatat sampai siklus haid berikutnya
Bila pasngan tidak menghendaki anak, mereka harus pantang melakukan senggama mulai awal siklus haid sampai hari ketiga dan 3 hari berturut-turut dengan suhu diatas garis suhu


Sumber : Kapita Selekta Kedokteran FK UI
Selengkapnya...

Jumat, 07 Januari 2011

Kanker Serviks (Leher Rahim)

Fakta Kanker Serviks

  • Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada serviks (Leher rahim)
  • Kanker serviks merupakan kanker yang peling sering dijumpai pada perempuan Indonesia. Setiap hari, diperkirakan 20 orang perempuan di Indonesia meninggal dunia karena kanker serviks
  • Setiap perempuan beresiko terkena kanker serviks
Penyebab Kanker Serviks
  • Kanker serviks disebabkan oleh Virus Human papilloma (HPV)
  • Di Dunia diketahui HPV tipe 16 dan 18 bersama-sama menyebabkan 71% kasus kanker serviks
Cara Penularan

Setiap Perempuan beresiko terkena kanker serviks. Diperkirakan 80% perempuan akan terinfeksi HPV semasa hidupnya dan 50% diantaranya akan terinfeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks.
HPV dapat ditularkan melalui hubungan suksual, namun penularan juga dapat terjadi meski tidak melalui hubungan seksual

Mengapa Setiap Perempuan Berisiko terkena Kanker Serviks?
  • Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya. Perempuan yang mengalami infeksi presisten (menetap) jarang menunjukan gejala pada stadium awal, dan biasanya berkembang menjadi kanker serviks beberapa tahun kemudian
  • Setelah infeksi HPV, tubuh kita tidak selalu dapat membentuk kekebalan, maka kita tidak terlindungi dari infeksi berikutnya
Gejala Dan Perjalanan kanker Serviks

Kebanyakan infeksi awal HPV dan kanker serviks stadium dini berlangsung tanpa menimbulkan gejala sedikitpun, sehingga penderita masih dapat menjalani kegiatan sehari-hari.

Apabila Kanker serviks sudah mengalami progresivitas atau stadium lanjut maka gejala-gejala yang timbul antara lain
  • Pendarahan setelah senggama
  • Pendarahan spontan yang terjadi diantara periode menstruasi rutin
  • Timbulnya keputihan yang bercampur darah dan berbau
  • Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil
  • Nyeri ketika berhubungan seksual
Vaksinasi

Vksinasi merupakan pencegahan primer untuk mencegah terjadinya infeksi HPV 16 dan 18 yang menyebabkan 71% kanker serviks.

Deteksi Dini
  • Dapat mendeteksi sel abnormal, lesi pra-kanker dan kanker serviks namun tidak dapat mencegah infeksi HPV
  • Kanker serviks yang ditemukan pada stadium dini dan diobati dengan cepat dan tetap dapat disembuhkan, oleh sebab itu lakukan deteksi dini secara berkala.
  • Vaksinasi dan deteksi dini bersama-sama dapat mengurangi kejadian kenker serviks secara evektif
Yang Perlu Perempuan Ketahui Mengenai Vaksinasi
  • Melalui vaksinasi, diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab utama kanker serviks
  • Selain itu. Vaksinasi juga dapat memberikan perlindungan silang terhadap infeksi HPV lainnya penyebab kanker seperti tipe 45, 31 dan 52.
Apa Dampaknya Jika Menunda Vaksinasi?
  • Setiap perempuan beresiko terkena infeksi HPV penyebab kanker serviks dalam masa hidupnya, tanpa memandang usia dan bagaimana gaya hidupnya.
  • Menunda vaksinasi mungkin dapat menunda kesempatan perlindungan jangka panjang yang dapat diberikan oleh vaksin HPV 16 dan 18
Kapan Vaksinasi Sebaiknya Diberikan?

Vaksinasi sebaiknya diberikan sedini mungkin. Rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan HOGI (Himpunan Onkologi_Ginekologi Indonesia) vaksinasi dapat diberikan pada remaja putri usia 10 tahun.

Apakah Vaksinasi Ada Efek Samping?

Sejauh ini, hampir semua efek samping yang ditimbulkan lebih bersifat lokal, yakni nyeri di daerah sekitar tempat penyuntikan (injeksi).
Vaksin dilakukan dalam 3 yahap pemberian, yaiutu bulan ke 0, 1 atau 2 dan 6




Refensi:
1. cervical cancer www.cdc.gov/cancer/cervical 2. Tjindarbumi et al.Jpn J Clin Oncol 2002; 32(supl I)S 17-21 3. Globocan 2002. IARC 2004. http://www.dep-iarc.fr 4.Wallboomers JH et al. J Pathol 1999; 189:12-9 5.

Selengkapnya...