Kamis, 04 November 2010

Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidium adalah mualdan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester pertama, kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% nuktigravida mengalami mual dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1000 kehamilan

Etilogi
Belum diketahui pasti, namun beberapa faktor mempunya pengaruh, antara lain:

  • Faktor predisposisi, yaitu primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda
  • faktor organik, yaitu alergi, masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik akibat hamil, dan resistensi ibu yang menurun.
  • Faktor psikologi
Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemakmenyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna hingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal

Manifestasi Klinis
Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi dalam 3 tingkat, Yaitu:
  • Tingkat I. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah., nafsu makan tak ada, berat badan turun, dan nyeri epigastrium. frekuensi nadi pasien sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung
  • Tingkat II. Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik, dan mata sedikit ikterik. berat badan pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan napas berbau aseton.
  • Tingkat III. kesadaran pasien menurun dari somnolen sampai koma, muntah berhenti, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dantekanan darah makin turun.
Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit darah dan urinalis.

Komplikasi
Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental, serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus.

Diagnosis
>Dari anamnesis didapatkan amenore, tanda kehamilanmuda, dan muntah terus- menerus pada pemeriksaan fisik didapatkankeadaan pasien lemah, apatis sampai kom, nadi meningkat sampai 100 kali permenit. suhu meningkat, tekanan darah turun, atau ada tanda dehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit darah ditemukan kadar natrium dan klorida turun. Pada pemeriksaan urine kadar klorida turun dan dapat ditemukan keton.

Diagnosis Banding
Muntah karena gastritis. ulkus peptikum, hepatitis, kolesistisis, pieloneferitis. dll

Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengibati emesis agar tak terjadi hiperemesis
  • Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis
  • makan sedikit-sedikit, tetapi sering.
  • Berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur
  • Hindari makanan berminyak dan berbau
  • makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat dingin
  • Defekasi teratur
Penata laksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan, yaitu:
  • Penderita diisolasi dalam kamr yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik. kalori diberikansecara parenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanayk 2-3 liter sehari
  • Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan.
  • Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah bai, coba berikan minuman dan makanan yang sedikit demi sdikit ditambah.
  • Sedatif yang diberikan adalah feno barbital.
  • Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.
  • Pada keadaan lebih berat berikan anti emetik seperti metoklopramid, disiklomin hidroklorida, atau kloropromazin.
  • Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang melatar belakangi hiperemesis.
Bila pengobatan tidak berhasil, bahkan gejala makin berat hingga timbul ikretus, delirium koma, takikardi, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangkan abortus terapeutik.

Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis sangant memuaskan. Namun, pada tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.


Sumber: Kapita Slekta Kedokteran FK UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar